BAHASA INDONESIA
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Oleh
Fitri Purnama
NIM : 41032151 11 1019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2012
Manfaat Membaca Dalam
Karya Tulis Ilmiah
Pendahuluan
Beberapa waktu yang lalu, dunia akademisi dikejutkan
dengan turunnya surat edaran Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
tertanggal 27 Januari 2012 berkaian dengan kewajiban publikasi karya tulis
ilmiah sebagai syarat kelulusan mahasiswa S-1, S-2, dan S-3 yang diberlakukan
bagi mahasiswa yang lulus setelah Agustus 2012.
Dasar dikeluarkannya kewajiban publikasi di jurnal ilmiah ini adalah
untuk mendorong budaya menulis bagi para lulusan perguruan tinggi. Dalam Surat
Edaran tersebut, karya ilmiah untuk lulusan program sarjana (S-1) harus dimuat
di jurnal ilmiah minimal kampus, program magister (S-2) harus dimuat dalam
jurnal ilmiah nasional yang terakreditasi Dikti dan program doktor (S-3) harus
dimuat di jurnal internasional.
Surat edaran tersebut menjadi perhatian serius
khususnya mahasiswa maupun dosen. Ada nada pesimistis bahkan cibiran yang
sebenarnya lebih kepada nuansa ketidaksiapan atau mungking penolakan. Padahal sejatinya dunia
akademik tidak dapat dipisahkan dari kegiatan membaca yang diikuti oleh
kegiatan menulis. Hal tersebut ditengarahi oleh rendahnya budaya membaca dan
menulis dikalangan dunia akademik.
Tujuan
Tujuan penulisan karya tulis ini yaitu untuk mengkaji dan menelaah manfaat dari
membaca dalam menulis karya tulis ilmiah.
Manfaat
Manfaat dari penulisan karya tulis imiah ini yaitu
dapat memberikan kontribusi praktis dalam memberikan gambaran berkaitan dengan
manfaat membaca dalam penulisan karya tulis ilmiah.
Metodologi
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis
ilmiah ini didasarkan kepada kajian literature atau kepustakaan yang relavan
dengan tujuan penulisan.
Membaca
Membaca merupakan
Gleen Dooman (1991:19 dalam Nashihuddin,2010) dalam bukunya “How to Teach Your Baby to
Read” menyatakan bahwa membaca merupakan salah satu fungsi yang paling penting
dalam hidup, bahwa semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca.
Bangsa kita tergolong sebagai bangsa yang rendah dalam hal membaca. Berbeda
dengan bangsa Jepang ataupiun Israel
yang telah memiliki budaya baca yang tinggi. Berdasarkan Nashihuddin (2010 dalam http://edukasi.kompasiana.com), menyebutkan bahwa beberapa indikator terhadap
minat baca masyarakat indonesia masih relatif rendah. Adapun data tersebut
didasakan kepada kajian literatur dan artikel yang dapat dilihat sebagai
berikut;
- Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2006, yang menunjukkan bahwa masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. orang lebih banyak tertarik dan memilih menonton TV (85,9%), radio (40,3%), dan membaca koran hanya 23,5%
- International Education Achiecment (IEA) melaporkan bahwa kemampuan membaca siswa SD di Indonesia berada pada urutan 38 dari 39 negara peserta studi, yang berarti Indonesia menempati urutan ke-38 dari 39 negara
- Third International Mathematics and Science Study (TIMMS), kemampuan matematika para siswa SLTP kita berada pada urutan 34 dari 38 negara dan kemampuan IPA berada pada urutan 32 dari 38 negara. Berdasarkan data tersebut, Education for All Global Monitoring Report tahun 2005, Indonesia merupakan negara ke-8 dengan populasi buta huruf terbesar di dunia, yakni sekitar 18,4 juta orang buta huruf di Indonesia (kompas 20 Juni 2006). Rendahnya kemampuan membaca anak-anak berdampak pada kekurangmampuan mereka dalam penguasaan bidang ilmu pengetahuan dan matematika.
- Hasil Studi dari Vincent Greannary yang dikutip oleh World Bank dalam sebuah laporan Pendidikan “Education in Indonesia From Crisis to Recovery” tahun 1988, yang menyebutkan bahwa kemampuan membaca anak-anak kelas VI SD hanya mampu meraih kedudukan paling akhir dengan nilai 51,7 setelah Filipina (52,6), Thailand (65,1), Singapura (74,0), dan Hongkong (75,5)
- United Nations Development Programme (UNDP) menjadikan angka buta huruf dewasa (adult illiteracy rate) sebagai barometer pengukur kualitas suatu bangsa. Hal itu juga berpengaruh pada tinggi rendahnya indeks pembangunan manusia (Human Development Index), dimana menempatkan Indonesia berada pada urutan ke-110 dari 177 negara-negara di dunia (Human Development Report 2005). Beberapa hasil kajian dan laporan UNDP dapat disimpulkan bahwa “kekurang-mampuan anak-anak indonesia dalam bidang matematika dan bidang ilmu pengetahuan, serta tingginya angka buta huruf dewasa karena membaca belum menjadi kebutuhan hidup dan belum menjadi budaya bangsa
- Konsumsi surat kabar untuk 45 orang (1:45). Di Jawa Barat, buta huruf masyarakatnya mencapai 1,8 juta orang dan Banten 1,4 juta dari 8 juta warganya. idealnya satu surat kabar dibaca oleh 10 orang atau dengan ratio 1:10
- Pikiran Rakyat (8 Maret 2004), menyebutkan bahwa jam bermain anak-anak Indonesia masih tinggi, yakni lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton acara TV. Di Amerika, jam bermain anak-anak dibatasi antara 3-4 jam perhari, sedangkan di Vietnam hanya 1 jam, selebihnya digunakan untuk membaca dan belajar.
Menurut Hasnum (2004), kegiatan membaca memberikan
berbagai keuntungan yang diantaranya adalah sebagai berikut;
- Pengetehuan kita semakin bertambah
- Dengan membaca kita dilatih untuk menghadapai dan memecahkan masalah
- Membaca dapat menuntun kita kearah yang lebih dewasa dan efektif
- Membaca melatih seseorang untuk berpikir sistematis dan kreatif
Menulis Karya Tulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa secara
tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Morsey (1976 dalam
Tarigan, 1982) menyebutkan bahwa menulis dipergunakan untuk melaporkan,
membertahukan, dan mempengaruhi yang hanya dapat dicapai ketika dapat menyusun
pikirannya dengan mengutarakannya denga
jelas baik pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, maupun struktur
kalimat.
Karya tulis merupakan karangan yang mengetengahkan
hasil pikiran, hasil pengamatan, tinjauan dalam bidang tertentu, yang disusun
menurut metode tertentu secara sistematis. Oleh karena itu, karya tulis
memiliki ciri tertentu yaitu logis, sistematis dan obyektif. Karya tulis
dikatakan logis apabila data, argument, penjelasan yang dikemukan diterima oleh
akal. Sistematis yaitu setiap permasalahan yang diuraikan disusun secara
teratur, runtut, tidak tumpang tindih. Sedangkan obyektif adalah memiliki alas
an, keterangan, penjelasan dan uraian-uraian yang dikemukakan sesuai apa
adanya.
Membaca Untuk Menulis
Karya Tulis
Membaca dan menulis merupakan diantara empat komponen
keterampilan berbahasa. Antara menulis dan membaca terdapat hubungan yang
sangat erat. Bila kita menuliskan sesuatu, pada prinsipnya kita menginginkan
agar tulisan kita dibaca oleh orang lain atau paling tidak untuk konsumsi diri
kita sendiri untuk dibaca.
Kesimpulan
Menulis merupakan proses panjang sebagai wujud
interpretasi pemikiran dari informasi. Kemampuan yang rendah dalam menyerap
informasi akan menyulitkan dalam penyusunan karya tulis.
Daftar Pustaka
Hasnun, Anwar. 2004. Pedoman dan Petunjuk Praktis Karya Tulis. Penerbit Absolut.
Yogjakarta
Nashihuddin, Wahid. 2010. Rendahnya Minat Baca Masyarakat Kita…?. Tersedia [online]:http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/21/rendahnya-minat-baca-masyarakat-kita. [ 28 Maret 2012]
Resmini, Novi. 2007. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. UPI Press.
Bandung
Tarigan, H. G. 1982. Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa. Penerbit Angkasa. Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar